Pada waktu dulu, ketika kain sasirangan masih bernama kain pamintan, sesuai kondisi pada zamannya, zat warna diambil dari alam sekitar. Teknologinya sederhana, didasarkan atas pengalaman dan tradisi yang bersifat turun-menurun.

Alam lingkungan hidup sekitar rumah tangga memberikan kemudahan bagi pengolah kain sasirangan untuk mengolah warna dalam berbagai corak, namun tentu saja masih sangat terbatas. Pada umumnya warna-warna yang diperoleh dari alam adalah warna-warna pokok saja, seperti:

1. Kuning berasal dari umbi tanaman janar (kunyit) dan temulawak.

2. Merah berasal dari zat gambir buah mingkudu, kesumba atau lombok merah.

3. Hijau berasal dari daun pudak atau jahe (tipakan)

4. Hitam berasal dari kabuau atau uar.

5. Ungu berasal dari biji ramania (gandaria) atau buah karamunting.

6. Coklat berasal dari uar atau buah rambutan.

Dari enam macam warna pokok tersebut berdasarkan pengalaman yang sudah turun-temurun, dicampur dengan berbagai rempah-rempah, dengan tujuan untuk mengawetkan warna, menjamkan warna atau mengubah warna menjadi lebih muda. Rerempahan yang dipergunakan pada waktu dahulu adalah seperti uyah (garam), jintan, sahang (lada), pala, cengkeh, limau nipis (jeruk), kapur, tawas, cuka atau terusi.

0 komentar:

BACK TO NATURE

Pengikut

Langganan Artikel

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner